BAB I
PEMBAHASAN
1. Latar Belakang
Sering kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa
yang tidak baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan
yang salah, bahkan dalam penyusunan pun masih terjadi kesalahan penggunaan
tanda baca, sehingga mengakibatkan kesalahan makna, padahal Pemerintah
Indonesia telah membuat aturan-aturan resmi tentang tata bahasa baik itu kata
serapan maupun penggunaan tanda baca. Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya
sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar sampai ke perguruan tinggi. Tapi
kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan berulang-ulang kali. Ketidakfahaman
terhadap tata bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang sering
melanggar aturan resmi yang telah dibuat pemerintah tentang tata bahasa
Indonesia. Yang mengkhawatirkan ialah ketika aturan ini terlalu sering
diacuhkan oleh masyarakat Indonesia, karena salah satu dampak negatifnya ialah
hal ini akan dianggap lazim oleh masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh
anak-cucu yang akan menjadi penerus negeri ini, karena akan mempersulit
masyarakat dalam berkomunikasi.
Penggunaan kata-kata serapan dewasa ini kian marak. Masyarakat senang
menggunakannya karena terkesan keren dan modern. Selain itu, alasan masyarakat
menggunakan kata-kata serapan adalah pengucapan kata-kata serapan lebih singkat
dibandingkan dengan pengucapan kata-kata dalam Bahasa Indonesia baku.
2. Pengertian Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah
diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum. Masyarakat
Indonesia sekarang, telah banyak menggunakan kata-kata serapan. Mereka
berpendapat bahwa menggunakan kata-kata serapan adalah suatu hal yang dapat
menjadikan mereka dianggap sebagai orang yang terpelajar, gaul, modern dan
lain-lain. Padahal, di sisi lain penggunaan kata serapan tidak hanya
menimbulkan dampak positif, namun juga akan menimbulkan dampak negatif yang
tidak disadari oleh masyarakat.
Ironisnya, masyarakat kita kurang menyadari itu. Mereka justru menunjukkan
pemahaman yang rendah terhadap pemakaian bahasa. Hal ini mengakibatkan
terjadinya kesalahan yang berterima. Artinya, pemakaian bahasa tersebut salah
tetapi karena banyak pemakai di masyarakat akhirnya diterima.
Kesalahan yang berterima tersebut tampak pada papan-papan iklan yang dibuat
oleh masyarakat. Misalnya, sebuah toko di pinggir jalan yang menjual ulat untuk
makanan burung menuliskan ”Ulat Ada” di depan tokonya. Contoh lainnya adalah
minyak tanah ada, pulsa ada, lumut ada dsb. Seharusnya papan iklan tersebut
diganti dengan ”Sedia Ulat” atau sedia minyak tanah, sedia pulsa, sedia lumut
dsb.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa
Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai
adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami
perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi
kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
Penamaan
"Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila
nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa
Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun
Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun
penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia,
Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar
warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia
sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi
sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya
atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas
di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat
resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa
Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Kata serapan juga dapat dikatakan kata yang berasal dari bahasa lain
(bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya
disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata.
Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk
mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke
benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang
dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi
keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain,
sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar
budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu
cara memenuhi keperluan itu yang sering dianggap lebih mudah adalah mengambil
kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
Fonologi dan tata bahasa Bahasa
Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi
dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.
Teknologi komunikasi modern telah turut pula menjadi media pemerolehan
kata-kata serapan itu. Dimana era Globalisasi saat ini menyebabkan penyebaran
berbagai kebudayaan dari berbagai negara ke seluruh dunia. Indonesia pun turut
terkena dampaknya, media komunikasi telah turut pula membentuk kata-kata baru
di masyarakat. Seperti ‘mood’, ‘akun’, dll. yang mana hal ini dapat menambah
perbendaharaan kata dalam bahasa kita disamping pula dapat menyebabkan
berkurangnya fungsi penggunaan kata untuk menyatakan suatu maksud hingga
tergesernya kata-kata dalam ‘kamus’ kita menuju Arkaik. Seperti penggunaan kata
‘nafsu’ yang mulai digantikan oleh kata ‘mood’. Misal dalam kalimat “Aku tidak
nafsu…” menjadi “Aku tidak mood…”, dll.
Umumnya kata-kata serapan baru itu di peroleh melalui media komunikasi
elektronik seperti telavisi, radio dan internet. Hal ini tak lepas pula dari
sifat bahasa Indonesia yang bersifat terbuka, dalam artian menerima kata-kata
dari bahasa lainnya.
3. Contoh Kata-kata serapan
Kata-kata serapan yang digunakan kebanyakan masyarakat Indonesia diambil
dari beberepa sumber. Seperti berikut.
Bahasa Arab menjadi sumber serapan
ungkapan, terutama dalam bidang agama Islam. Sebagian kata-kata Arab ini masih
utuh dalam arti yang sesuai antara lafal dan maknanya, dan ada sebagian lagi
berubah. Seperti,
·
abad, abadi, abah, abdi, adat, adil,
amal, aljabar, almanak, awal, akhir,
·
bakhil, baligh, batil, barakah,
·
daftar, hikayat, ilmu, insan, hikmah,
halal, haram, hakim,
·
khas, khianat, khidmat, khitan, kiamat
·
musyawarah, markas, mistar, mahkamah,
musibah, mungkar, maut,
·
kitab, kuliah, kursi, kertas, nisbah,
nafas,
·
syariat, ulama, wajib, ziarah.
Ø
Lafalnya berubah, artinya tetap
·
berkah, barakat, atau berkat dari kata
barakah
·
buya dari kata abuya
·
derajat dari kata darajah
·
kabar dari kata khabar
·
lafal dari kata lafazh
·
lalim dari kata zhalim
·
makalah dari kata maqalatun
·
masalah dari kata mas-alatuna
·
mungkin dari kata mumkinun
·
resmi dari kata rasmiyyun
·
soal dari kata suaalun
·
rezeki dari kata rizqi
·
Sekarat dari kata Zakarotil
·
Nama-nama hari dalam sepekan : Ahad
(belakangan jadi Minggu artinya=1), Senin (Isnaini=2), Selasa (Salasa), Rabu
(Arba'a), Kamis (Khomsa), Jumat (Jumu'ah) dan Sabtu (sab`atun)
Ø
lafal dan arti berubah dari lafal dan
arti semula, seperti:
·
keparat dalam bahasa Indonesia merupakan
kata makian yang kira-kira bersepadan dengan kata sialan, berasal dari kata
kafarat yang dalam bahasa Arab berarti tebusan.
·
logat dalam bahasa Indonesia bermakna
dialek atau aksen, berasal dari kata lughah yang bermakna bahasa atau aksen.
·
naskah dari kata nuskhatun yang bermakna
secarik kertas.
·
perlu, berasal dari kata fardhu yang
bermakna harus.
·
petuah dalam bahasa Indonesia bermakna
nasihat, berasal dari kata fatwa yang bermakna pendapat hukum.
·
laskar dalam bahasa indonesia bermakna
prajurit atau serdadu, berasal dari kata 'askar yang berarti sama.
Bahasa Inggris juga menjadi salah satu sumber serapan, khususnya dibidang
teknologi yang kebanyakan berbahasa inggris, walaupun produk teknologi tersebut
dibuat di Indonesia. Contohnya:
# application - aplikasi
# actor - aktor
# aquarium - akuarium
# allergy - alergi
# artist - artis
# access - akses
# acting - akting
# accessory - asesori
# activist – aktivis
# ballpoint - bolpen
# balloon - balon
# decade - dekade
# department - departemen
# ice - es
# idol - idola
# infrastructure - infrastuktur
# naturalization - naturalisasi
# national - nasional
# negotiation - negosiasi
# nuance - nuansa
# dan lain-lain
Selain dari dua bahasa yang disebutkan
diatas, masih banyak bahasa-bahasa asing yang menjadi sumber serapan didalam
bahasa indonesia.
4. Dampak dari penggunaan kata – kata serapan.
Seringnya masyarakat menggunakan kata-kata serapan, dapat menimbulkan
dampak positif dan juga dampak negatif sebagai berikut.
Ø
Dampak Positif Penggunaan Kata – Kata
Serapan
Masyarakat lebih bangga menggunakan kata-kata serapan karena dinilai lebih
modern. Para remaja juga senang memakai kata-kata atau istilah-istilah asing
agar dikatakan lebih gaul, dan sebagainya. Selain itu, dampak positif lain
adalah pengucapan kata-kata serapan terkenal lebih singkat dari pada pengucapan
kata-kata Bahasa Indonesia. Seperti, kata “discon” yang dalam Bahasa
Indonesianya berarti “potongan harga”.
Ø
Dampak Negatif Penggunaan Kata – Kata
Serapan
Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa yang rendah dimata masyarakat.
Kecintaan masyarakat terhadap Bahasa
Indonesia, bahkan Bangsa Indonesia berkurang.
5. Cara pelestarian Bahasa Indonesia
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk melestarikan Bahasa Indonesia.
Seperti,
·
Membiasakan berbahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari.
·
Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik
saat forum-forum formal(sekolah,rapat,dll.).
·
Mengadakan uji Kemampuan Bahasa
Indonesia dalam setiap penerimaan tenaga kerja.
·
Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai mata
kuliah yang harus diambil oleh setiap mahasiswa, dikarenakan untuk tetap
mengajarkan inti dari bahasa Indonesia, dan diharapkan agar hal ini dapat
membuat bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa yang murni yang dapat memberikan
ciri khas maupun identitas bagi bangsa Indonesia.
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN
Penggunaan Kata-kata serapan dalam Bahasa indonesia dapat menimbulkan
dampak positif maupun negatif. Dampak positif selain yang telah disebutkan
ialah, komunikasi sehari-hari dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang disisipi
kata-kata serapan terdengar lebih mudah, flexibel, dan
singkat. Namun, dampak negatifnya yaitu, tersamarnya identitas kita sebagai
Bangsa Indonesia yang mempunyai bahasa pemersatu yaitu Bahasa
Indonesia.
Sebagai anak-anak Bangsa Indonesia kita seharusnya lebih mencintai Bahasa
Indonesia. Walupun, dalam komunikasi sehari-hari kita menggunakan bahasa yang
tidak terdapat dalam kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Tapi, setidaknya kita
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar saat berada dalam forum-forum
resmi. Kepada para pengajar, pendidik, dan pembimbing, diharapkan dapat lebih
menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap Bangsa Indonesia kepada anak-anaknya
dengan salah satu cara mengajarkan mereka Bahasa Indonesia dan memahami bahasa
serapan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Agri Riandani Fadillah, 2015, BAHASA
SERAPAN TERHADAP BAHASA INDONESIA, Universitas Pendidikan Indonesia